Buku Membuatku Bertahan Mencari penyembuhan dengan membaca foto: pexels.com Hidup memang menghadirkan berbagai dilema dan pertentangan. Mulai pertentangan hati dengan pikiran, lingkungan dengan diri sendiri sampai alam dengan kebutuhan. Semua itu chaos, kemungkinan yang terjadi dalam hidup ini pun tidak beraturan. Lebih banyak kejutan dibanding sesuatu yang terjadi di dalam kendali. Tentu hal ini perlu dipahami dan diterima. Begitulah adanya hidup ini. Dalam kehidupan yang tidak terprediksi ini, pikiran ini menjadi benang yang kusut. Hati pun menjadi sesak dan napas tidak lega. Tertekan, sakit dan lelah. Mental ini terkuras dan pikiran pun jauh dari waras. Betul, saya butuh penyembuhan. Iya, kita semua butuh. Tapi bagaimana? Saya yakin jawaban setiap orang berbeda-beda. Selain itu, setiap orang punya caranya sendiri untuk menjadi lebih baik, mental yang lebih sehat dan hati yang lebih tenang. Mungkin juga ada berbagai cara untuk menanganinya. Salah satu yang membuat saya bertahan adala
Akhir-akhir ini (mungkin sekitar 4 bulan-an) aku tidak pernah menangis. Dulu biasanya menangis karena hal-hal miris yang terjadi di hidup ini. Kau mungkin merasakannya juga. Seperti resah akan masa depan yang tidak pasti, tidak tahu akan dibawa kemana karir ini, atau pengasilan yang tidak juga bertambah. Sementara aku tahu benar bahwa orang-orang di luar sana sudah kuliah fast track S2 ke S3, atau kuliah di luar negeri, atau karyawan yang bergaji tinggi, ada juga freelancer yang tidak sepi proyek. Jelas-jelas mengetahui itu semua bagai mala metaka. Padahal kita tahu kalau membandingkan diri dengan orang lain pasti tidak ada habisnya. Itu membuat kita terus merasa kurang dan merana. Bahkan jadi penyakit mental, hati, fisik, semuanya. Iya, dulu aku sering menangis karena hal-hal itu. Akhirnya diri ini mulai terbiasa, aku menangis bukan lagi karena hasil membandingkan diri dengan orang lain/ teman dekat/ saudara dan lainnya. Aku menangis karena aku belum juga (merasa) berhasil. Aku membe
Rasanya sakit. Rasanya hati remuk. Ga sanggup, ga kuat. Mau nangis, tapi malu kalau ketahuan. Melihat orang-orang yg rajin bekerja banting tulang, panas-panasan, berkeringat, penampilan seadanya. Pakai baju yang warnanya udah pudar, sepatu usang, jaket lusuh. Banyak banget diluar sana, di indonesia. Tapi diantara mereka yang keras bekerja, ada yang suka berpuasa, entah senin kamis, atau puasa daud atau puasa tengah bulan atau puasa sunnah lainnya yang rutin dilakukan. Makan atau buka puasa yang sederhana, biasanya nasi bungkus atau air mineral gelas. Tau begitu, bikin hati ini tambah sakit aja. Aku ga membanding-bandingkan, tapi kalau dilihat, warna bajuku belum pudar, sepatu juga tidak usang, jaket tidak lusuh dan makanan sederhana lebih sedikit. Ada lagi yang membuatku gakuat. Beberapa dari mereka, baik sikap dan hatinya, ramah, rajin sholatnya. Dan yang membuat tambah tidak sanggup adalah bahwa aku tidak bisa berbuat apapun untuknya. Aku cuma bisa melihatnya saja dan berdoa untuknya
Komentar
Posting Komentar