GALAU





Kata galau sepertinya tidak akan pegi dari hidup ini. Seiring berjalannya waktu dan bertambahnya umur tidak serta merta mengusir 'galau' dari kehidupan. Ia selalu ada dan terus datang.

Waktu umur 6 tahun kita galau tentang bagaimana bisa mendapat ranking satu atau punya banyak teman. Saat usia 12 tahun mulai cinta monyet dan galau karena ujian sekolah. Usia 14 galau menentukan mimpi-mimpi. Usia 18 galau soal percintaan, saking banyaknya kegiatan sekolah, jurusan kuliah atau lanjut kerja saja. Usia 20 galau tentang tugas akhir, cinta, persahabatan, ujian, meniti karir. Usia 23 galau susah dapat pekerjaan. Usia 25 galau kapan nikah. 

Wah panjang... dan banyak lagi galau-galau yang dirasakan. Jelas mengganggu sekali. Rasanya bak ketiban beban berat yang untuk diangkat saja tak sanggup. Enggan melakukan apapun, berdiam diri atau menangis saja. Tidak bergairah, bingung berkepanjangan. Mengantuk tapi tidak bisa tidur, jika tertidur hati tak tenang. Ada bahkan sering sekali kejadian begitu. 

Apa bisa kita sebut galau sebagai ujian? ya sah sah saja sepertinya. Ujian agar hati dan iman ini naik level. Mental kita terbentuk, jiwa kita kuat, pikiran kita diajak positif. Walaupun memang tidak mudah (namanya saja ujian). Tapi, kita bisa belajar bukan? bisa lebih bersiap-siap? bisa memperbaiki dari ujian yang sudah-sudah?

Coba nikmati dulu rasa galaunya, lampiaskan kalau perlu. Ambil napas panjang, tenangkan hati dengan dzikir dan berdoa sama Allah. Lalu terima, terima semua perasaannya, semua kondisinya, semua orang-orang yang bersangkutan di dalamnya. Dzikir dan berdoa lagi. Maafkan, maafkan diri ini, maafkan kondisi ini, maafkan orang-orang yang melingkupi. Dzikir dan berdoa lagi. Mohon pertolongan, mohon petunjuk, mohon kekuatan agar kita bisa bangkit lagi. Keluar dari galau yang menghantui diri. 

Waktu kecil sepertinya perasaan galau memang tidak serumit itu. Begitu pula dengan cara menanggulanginya. Mungkin karena di usia dini pikiran dan hati kita lebih sederhana jadi lebih mudah temui kebahagiaannya. Mungkin kita (jarang) merasa bahagia karena kehilangan kesederhanaannya. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Buku Membuatku Bertahan

Air Mata Terjun Bebas

Jujur ini... sakit