Di Sudut Kegelapan




"Kamu cantik luar biasa. Berdiri setegak Gunung Himalaya, teduh seluas pohon taebuya. Kau adalah berlian. Meski banyak orang mencaci, berbagai suara menjatuhi, dan bisik-bisik yang menyalahi. Kau indah dan bercahaya. Tenang dan tidak goyah." Suara itu bergema di seluruh ruangan gelap. Aku hampir terjatuh mendengarnya. Mendengar cermin itu berbicara ketika bola mataku menghadapnya.
Saat itu pantulannya memang tetap diriku apa adanya. Lama-kelamaan berubah visi menjadi sosokku yang lain. Mengenakan pakaian bak putri raja yang ikut berperang. Aku yakin sekali, cermin itu yang bersuara.
Aku tidak mempertanyakan keanehan ini, justru lebih mencerna kata-kata barusan. Apakah aku benar-benar orang yang mampu berdiri kokoh meski dijejali berbagai rintangan? Apakah aku bisa meneduhkan diri sendiri bahkan orang lain di sekitar? Apakah aku berlian?
Brak
Ada yang terjatuh di balik kaca bulat usang itu. Langkahku dengan ragu menuju sumber suara. Ternyata ada sebuah papan kayu dengan ukiran yang bertulis "Cermin Kebohongan"
Aku tertawa lirih, tentu saja itu semua bohong. Aku jelas tidak tampak seperti yang dikatakan. Bodohnya diri ini telah sempat mempercayai.
Penyesalan ini bukan karena perkataan sang cermin, melainkan akibat terlalu berambisi. Rela mencari-cari keberadaan cermin yang bisa berbicara ini. Biar begitu, setidaknya aku jadi tahu diriku yang asli. Bukannya sudah saatnya untuk memperbaiki?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Buku Membuatku Bertahan

Air Mata Terjun Bebas

Jujur ini... sakit