Air


"Kau tahu, sekeras apa pun aku mencoba ternyata tidak bisa lupa juga. Saat air perasan jeruk itu tumpah di kemeja putihku. Piring berisi nasi goreng seafood pecah begitu saja di lantai, mengenai sepatuku sedikit. Raut wajahmu yang sempat mematung mulai memerah dan panik. Membuat heboh hampir seisi kedai.
Satu pelayan menghampiri sedangkan kau buru-buru mengambil tisu. Aku masih mencerna hal yang terjadi. Segala keheranan ditambah malu namun, juga tersipu. Ternyata jika diperhatikan, kau manis juga. Semula ingin marah akhirnya sirna. Kau serahkan segulung tisu tebal padaku karena tidak mungkin kau juga yang mengelap noda di bajuku. Tidak, nodanya tidak bisa hilang. Padahal siang itu aku masih harus rapat di kantor. Sebagai permintaan maaf kau sengaja ingin mengganti kemejaku dengan yang baru. Untunglah kedai di dekat kantorku itu juga dekat dengan mall. Kau memaksa agar aku ikut bersamamu memilih baju baru. Aku sih tidak mau buru-buru, tetapi apa daya waktu telah menunggu. Secepat kilat kita pilih kemeja hitam dengan ukuran bajuku seperti biasanya. Aku kembali terkekeh dalam hati melihat dirimu yang lagi-lagi panik karena dompetmu tertinggal di kedai. Aku tahu kau sangat malu dan merasa bersalah makanya aku tersenyum saja. Waktu yang singkat itu berakhir begitu saja setelah kau berkali-kali meminta maaf. Kau sodorkan air mineral yang justru dibawa ketimbang dompetmu. Katamu, air ini menjadi pernyataan maaf walaupun tidak sebanding. Kau berharap setidaknya air ini bisa meredam amarah jika aku kesal padamu. Bahkan paling tidak air ini menyembuhkan dahaga karena sudah tergesa-gesa ikut ke mall bersamamu. Kau saja seperti air, meluncur kesana dan kemari begitu sigapnya. Aliran deras menabrak bebatuan hingga membuat dirimu buyar. Air yang bisa membawaku kemana pun kau pergi. " Kltak Jari ini terhenti di tombol titik pada keyboard laptop. Selesai juga kutuliskan kejadian lucu beberapa saat lalu. Aku meminum segelas air hangat sambil bersandar di kursi. Kepalaku menoleh ke botol air mineral yang ada di samping kanan meja. Lagi-lagi hanya tersenyum yang bisa kulakukan karena membayangkan wajah panikmu yang manis serta berharap bisa bertemu suatu saat nanti.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Buku Membuatku Bertahan

Air Mata Terjun Bebas

Jujur ini... sakit