Kejadian di Malam Hari


Malam ini aku berjalan di lorong sebuah rumah sakit. Begitu sunyi, gelap dan hanya detik jarum jam yang terdengar. Bau obat pun begitu melekat. Aku intip satu per satu kamar yang lampunya juga dimatikan. Beberapa pasien tertidur dengan tenang, ada pula yang sesekali merintih kesakitan. 

Langkahku menuju ke bagian ICU. Tanpa ragu memasuki ruangan itu. Suster dan dokter jaga sedang duduk sambil mengecek kondisi pasien dari kejauhan. Aku pun mendekati satu tubuh yang terkulai lemas dengan berbagai alat bantu napas. 

Air mata ini tidak bisa keluar, sekalipun perasaanku begitu hancur melihatnya. Seseorang yang badannya digerogoti penyakit ini akhirnya tumbang di atas kasur putih seukuran badan. Memang manusia punya batasnya. 

Ada guratan cahaya tak begitu terang dari balik celah tirai jendela besar. Jendela inilah yang menghubungkan pasien dengan penjenguknya. Aku pun menghampirinya perlahan. Ternyata ada dua orang yang tertunduk pilu. Seorang wanita yang tak henti-hentinya berdzikir dan seorang pria kecil tertidur di pangkuannya. 

Barulah air mata ini jatuh sederas-derasnya. Ingin sekali aku memeluk keduanya, Ibu dan adikku. Aku merindukan mereka. Tidak tahu bagaimana menjelaskan perasaan selama terpisah dari balik ruangan. Hati ini teriris mengerikan. Kepalaku kemudian menoleh ke tubuh yang tak sadar itu.

Jiwa ini terpisah darinya, berharap bisa bangun suatu saat nanti. Sudah seminggu lebih aku berkeliaran di rumah sakit ini dan menyaksikan banyaknya perpisahan. Itu terlalu menyakitkan. Teringat segala perbuatan selama kehidupan. Apakah akan menyesal atau sudah cukup puas? Namun, jika sudah waktunya, siap atau tidak, kita tidak bisa menghindar. 

"Ayo sudah saatnya pulang." Aku terkejut melihat sesosok pria besar yang tidak jelas rupanya. Namun, aku benar-benar paham bahwa ia seorang utusan.

"Jadi sudah saatnya, ya?" 

Aku tentu enggan pergi, apalagi meninggalkan dua orang yang tak habis-habisnya menanti kesembuhanku. Pria itu meraih tanganku dan terbanglah kami menembus langit-langit. Dingin, gelap, dan cepat seperti malam hari ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Buku Membuatku Bertahan

Air Mata Terjun Bebas

Jujur ini... sakit