Postingan

dear.....

Dear you, Hai.. apa kabar? Sudah berapa tahun sejak terakhir kali kita bertemu yaa. Aku gak bisa membayangkan apa jadinya jika kita masih satu sekolah. Entah menyenangkan atau malah sebaliknya. Jujur aja aku bingung mau nulis apa. Hanya saja aku hanya ingin memperbaiki kejadian waktu itu. Seharusnya kau tau maksudku. Oke aku hanya ingin berterimakasih, karena kau ‘mendominasi’ hari- hariku. Sungguh itu menyenangkan kok. Gak habis pikir kenapa aku bisa sedekat itu hehe. Kata Sera –kau ingat kan? Yang biasa aku panggil soulmate, dia bilang aku anak aneh jarang bahkan gak pernah ngerasa suka sama orang, yaaa aku gk terlalu mempedulikan itu sebenarnya. Tapi dia bilang lagi bahwa jangan –jangan kalo aku beneran suka sama orang itu bakal lama. Hahaa aku ketawa mendengarnya. Yaah mungkin ada benarnya tapi entahlah. Aku ingat kau itu orang paling menyebalkan yang pernah aku temui. Sok, iseng, cuek, jutek, seneng bikin orang kesel. Kau tau aku hampir gak waras hmm sampe 3 kali gara-ga

3 berjasa

Gak kerasa tenyata cukup lama gak nulis hal yang penjang. Sebenernya ini juga cerita lama. Sekarang 17 Maret 2013, perasaan yang sama dengan waktu itu. Pas ngeliat 3 boneka yang ada di sudut kasur jadi ingin menuliskannya. Mereka cukup berjasa membuat ku jadi orang gila semalam. Yaaah tepatnya 6 januari 2013, masih libur semester, besoknya sekolah. Serius liburan kala itu gak menyenangkan. Oke aku gak akan cerita seberapa menyebalkan dan menyakkitkannya liburan itu tapi seberapa berjasanya 3 boneka lusuh itu. Yaa layaknya anak Tk atau SD aku bicara sama mereka. Anggaplah aku benar- benar bicara sama mereka. Namanya Pollo, sebenernya itu teddy bear make baju pollo dan seketika itu juga tgl 6 Januari 2013 aku menamakannya Pollo. Entahlah saat itu aku lagi kesakitan sampe hampir kehilangan kewarasan *dramatisir sedikit haha. Dia baik, cukup dewasa, ngena banget kata- katanya. The best lah tapi dia cuma bicara seperlunya dan di akhir- akhir doang kayak ngasih petuah. Ada pula kucur

long time ago~

Gambar
karya kecil tak tersampaikan haha~ lawas History Pol’e Assamu’alaikum…           Salam manis buat ANDOMEDA!. Gak kerasa ya..udah 3 tahun kita di ASBOS. Masa putih-biru bakal berganti jadi putih- abu-abu. Kapan lagi ya bisa melihat senyum dan semangat kalian? And tali persahabatan, rasa cinta dan kasih sayang dari kalian yang didasari cinta karena Allah.           Ohya..! masih inget gak, waktu kita pertama ketemu?. Tampangnya masih lugu and polos baget ya?, dah gitu, masih suka nangis- nagis hampir tiap malem gara-gara inget ortu di rumah. Seiring berjalannya waktu, semua pun ikut berubah, dan menjadi seperti sekarang.           Terus-terus.. inget gak,waktu kita Funtastic di capolaga? subhanallah..dingin banget ya! Sampe mau nangis..hehe… di sana kita belajar kekompakan. Andthen, kita pernah disuruh lari keliling lapangan gara-gara berisik di masjid pas salat Dzuhur sama Pak Wasis dan Pak Irfan. Di bawah matahari dan bercucur keringat. Terus Syifest, kegiatan tahunan ki
Haduuuuuuuuh gak boleh gak boleh gak boleeh :'( sudahlaaah gak ada yang harus dipermasalahkan dan dipikirkan. ini hanya tulisan sampah hati, tak ada yang penting tapi aku harap ini bisa sedikit membuka ruang  yang agak sesak ini.sungguh gak tahan, ini benar-benar pertama kalinya bahwa aku harus mengungapkan isi hati ini, hari ini. udaaaaah dyy gapapa semua akan baik-baik saja, gak ada yang aneh sama sekali kok. aku sudah berusaha melepaskan segala yang terjadi tapi tidak akan melupakan. aduuuuh cacat niii nulis aja sampe ngawur gak beralur ckckckkkkkkckkk

Pikirku, Pikirmu

Menunggu hujan. Satu persatu memori beriak membentuk rasi yang abstrak. Aku bilang, " Hujan jangan berhenti.". Kau bilang, " Ayolaah hujan capat reda.". Sungguh miris. Aku berucap, " Wahai hujan, kemarilah sapu semua hal yang ada hari ini.". Kau berkata, " Hujan, jangan datang, aku tak mau melupakan kenagan hari ini.". Aku meringis, "Ku mohon tetaplah disini hujan, temani aku dalam kehampaan.". Kau berharap, "Hujan, pergilah, lepaskan aku dari belaian dingin hari ini.". Hujan akan lakukan semuanya sesuai rencana. Pikirku menjadi filosofi, akan banyaknya hati yang berharap turunnya hujan ataupun yang tak ingin membiarkannya membasahi bumi jiwa ini. Banyak orang yang merangkul hujan seakan menggengam cintanya agar tak lari. Banyak raga yang merindu hujan ataupun melupakannya. Aku yakin itu aku, kau, dia dan mereka yang ada diantaranya. Sekalipun hujan ia akan tetap ada walaupun harus menghilang. *aduuuuh kalo mau jujur, kenap

Hujan

Terenyuh dalam bait hujan yang menyimpan keluh dalam sepi. Meski peri- peri telah mengajak ku menari, aku tetap berdiri dalam perih. Melihat mereka begitu lihainya. Sampai alam pun ikut berdendang bersamanya. Seakan hanya indah yang ada. Tapi, masih saja aku buta dan tuli. Bahkan kaki pun enggan menapaki jalan putih. Sekalipun peri berkata, "Biar ku tuntun." Hati hanya tertunduk. Menggumam kata yang tak jelas, "Aku sedang tak ingin menari." . Angin dari rembulan membawa bisik yang menggelitik, " Lalu apa yang sedang kau lakukan?". Semakin perih, "Aku bernyanyi dalam luka.". Terdiam. Peri terdiam. Tapi aku menjadi tidak mengerti. Mengapa setelahnya peri tersenyum? Ada apa?. Bayangan ku pun tak tahu, atau para saksi percakapan. Keheningan sesaat tak terdefinisikan oleh hati sekalipun. Menanti narasi berikutnya. Mengapa? "Mengapa?", begitulah kata terujar. Menyapu hati. Mencoba mengerti. Mencari arti. Peri tertawa. Sejenak membuat terpana.

untuk ini suit

benar-benar harus diputuskan. bagaimanapun dan sampai kapanpun dijalani, kita benar- benar harus memutuskan akan kemana sebenarnya. akhrinya memang begitu. tapi kenapa masih saja aku mengais, menagkap memori satu per satu. tak akan terlupakan. nol lagi, keputusan itu nol. harusnya bisa tapi sungguh ini sulit. kenapa? bahkan aku tak mengerti apa yang sebenarnya harus dilakukan. membuat hati ini jadi sakit. *kata-katanya gak mendramatisir kan?~ jujur tapi tak terbuka itu sama saja membawa kesalahan. sehingga sulit memahami dan menerima. merelakan air mata terjatuh untuk bisa merelakan. tulus... beginilah keadaannya menuntut kebenaran, hanya bisa menduga.