Buku Membuatku Bertahan

Buku Membuatku Bertahan

Mencari penyembuhan dengan membaca

foto: pexels.com


Hidup memang menghadirkan berbagai dilema dan pertentangan. Mulai pertentangan hati dengan pikiran, lingkungan dengan diri sendiri sampai alam dengan kebutuhan. Semua itu chaos, kemungkinan yang terjadi dalam hidup ini pun tidak beraturan. Lebih banyak kejutan dibanding sesuatu yang terjadi di dalam kendali. Tentu hal ini perlu dipahami dan diterima. Begitulah adanya hidup ini.

Dalam kehidupan yang tidak terprediksi ini, pikiran ini menjadi benang yang kusut. Hati pun menjadi sesak dan napas tidak lega. Tertekan, sakit dan lelah. Mental ini terkuras dan pikiran pun jauh dari waras. Betul, saya butuh penyembuhan. Iya, kita semua butuh.

Tapi bagaimana?

Saya yakin jawaban setiap orang berbeda-beda. Selain itu, setiap orang punya caranya sendiri untuk menjadi lebih baik, mental yang lebih sehat dan hati yang lebih tenang. Mungkin juga ada berbagai cara untuk menanganinya.

Salah satu yang membuat saya bertahan adalah membaca. Dalam sebuah studi ada yang disebut dengan biblootherapy. Penggunaan buku untuk tujuan treatment memperoleh perhatian khusus dan luas pasca Perang Dunia I dan II. Banyaknya tentara yang kembali dari perang dengan gangguan atau simtom pasca trauma, bibliotherapy dipandang sebagai treatment yang efektif dari sisi biaya (Herlina, 2012).

Menggunakan buku untuk mengatasi berbagai permasalahan bisa disebut efektif dan berdampak positif. Membaca buku fiksi, akan membuat sang pembaca masuk dalam cerita dan memandang sesuatu menjadi lebih luas. Konflik-konflik yang hadir (yang mungkin mirip dengan yang terjadi) serta solusi atau cara penyelesaiannya akan memberi inspirasi bagi pembaca. Selain itu, gaya hidup, pola pikir, dan dialog tokoh bahkan narasi yang dihadirkan bisa sangat berpengaruh bagi pembacanya. Sedangkan , ketika membaca buku non-fiksi dapat memberikan orang lain pengaruh nyata dan saran yang membantu mengatasi masalah yang dihadapi.

Saya setuju kalau hal tersebut sangat berpengaruh bagi diri ini, namun saya tidak bisa menjamin bagi orang lain. Meskipun healing dengan buku ini menjadi sebuah metode yang meluas, tetapi kemanjurannya akan menjadi relatif bagi si pelaku. Terlebih lagi, buku memang hanya menjadi sarana untuk menjadi lebih baik saja.

Lantas kenapa saya bisa bertahan dengan buku?

Seperti yang dipaparkan di atas, saya bisa benar-benar menghayati suatu buku apalagi jika narasi yang indah. Amanat atau pelajaran yang terkandung dalam buku dapat diambil layaknya mendengar cerita atau melihat kejadian yang ada di sekitar. Membaca membuat saya kaya akan hikmah-hikmah yang ada serta cara berpikir untuk mengambil dan menerima segala yang ada.

Buku yang bermutu akan membuat diri ini makin bermutu. Semakin diri ini baik, pikiran akan positif dan mental menjadi sehat. Itu adalah tujuannya. Tetapi, itu baru buku biasa. Bagaimana dengan buku yang luar biasa tidak ada tandingannya? Al-Quran.

Jika dicari satu per satu banyak sekali manfaat dari Al-Quran. Ayat-ayat yang ada di dalamnya pun ada yang dipilih khusus untuk suatu permasalahan. Di sini saya hanya akan memaparkan secara umumnya saja.

Al-Quran adalah surat cinta terindah dari Sang Pencipta untuk hamba-Nya. Turun secara perlahan-lahan agar manusia mudah menerima dan memahami isinya. Begitu juga ketika membacanya dengan perlahan dan jelas. Mendengar lantunan ayatnya membuat jiwa ini menjadi tenang, membacanya membuat pikiran menjadi lebih fokus dan tiada waktu yang terbuang percuma. Apalagi jika mempelajari kandungan ayatnya. Segala kebaikan, solusi, keindahan, dan kemehagan Sang Pencipta akan terpapar jelas. Kemudian, hati ini lebih berbahagia. Diri ini akan sadar bahwa kita hanya seorang hamba.

Pikiran yang ruet, hati gelisah, pikiran tidak fokus, lingkungan tidak mendukung, dan dunia yang seolah runtuh hanyalah sebuah selingan. Mungkin semua itu bisa disebut juga sebagai takdir, kenyataan yang ada di dunia ini. Sesuatu yang memang seharusnya kita terima dan pahami dengan baik.

Dekat dengan Al-Quran artinya dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa. Hanya Ia yang mampu memampukan kita untuk bertahan hidup. Kita tetap kuat dan baik-baik saja selama kita menggengam keenam iman. Tidak ada yang dikhawatirkan karena kekhawatiran (terkadang) hanya pikiran kita sendiri. Mari kita bersama-sama memiliki hati yang lapang dan mental yang baik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Air Mata Terjun Bebas

Jujur ini... sakit