Postingan

Pada Hari Menetap Hujan

Dari sudut pandangku terhadap layar dan tulisan, ternyata hujan dimana- mana banjir pun ada saja.  disana mendung. disini hujan ada lagi banjir. Menetap hujan. hebat. jangan salahkan mendung kalau nantinya hujan.jangan salahkan hujan kalau nantinya banjir. dan jangan salahkan banjir kalau nantinya berduka. yaa ga semuanya berduka sih. nikmati aja segala sesuatu yang terjadi pasti ada alasannya. gimana kita baik-baiknya menyikapinya. gimana kita setulus-tulusnya menerimanya. gimana kita sebenar- benar memahaminya. memang hal-hal seperti itu gabisa asal bicara dan ga mudah untuk melakukannya. tapi ada satu hal yang mungkin aja bisa menjadi rekomendasi. senyum. mau terpakasa atau ngga setidaknya senyum adalah obat penawar yang ga butuh resep dan takaran.  pagi mendung, hujan, tak ada inspirasi, tak ada pikiran, tak ada keinginan untungnya masih berperasaan rasa yang berkata "jangan salahkan hujan, atas apa yang terjadi padamu hari ini. jangan salahkan hujan pula,

Januari

ohh.. hai ga kerasa taun udah berganti lagi. berlanjut begitu saja. biasa saja tak yang istimewa. kali ini aku berada di tempat nan jauh dari jiwaku yang sebenarnya. jarang- jarang ada waktu kosong, dimana aku bebas berimajinasi kemana pun, dimana aku bebas berpikir hal yang ga sempat aku pikirkan,  dimana aku bebas akan aku dan pikirku. ini januari, kebiasaannya pada pukul 12 siang langit mulai mendung. yaa terkadang hujan atau hanya gerimis. lalu jam 3 mulai berhenti. tetap mendung, dingin dan berangin. januari.. kebiasaan yang gak terlalu buruk.  aku cukup menikmatinya.  apa yang kau pikir tentang januari? sama kah? yang ku pikir.. selain kebiasaannya tapi keinginnanya juga. ingin pulang, marshmallow, tahu petis, spageti, tek wan, bakso. masih ada januari lain yang mungkin saja keinginnanya berubah lagi. aku jelas beda dengan januari.. aku masih saja sama, sama seperti dulu kebiasaanku sama, keinginanku juga sama. kalau saja aku bertemu peter pan yang

sapardi djoko damono

Pada Suatu Pagi Hari Maka pada suatu pgi hri ia ingin sekali menangis Sambil berjalan tunduk epnjang lorong itu. Ia ingin pagi itu hujan turun rntik-rintik Dan lorong sepi agar ia bisa berjalan Sendiri saja sambil menangis dan tak ada orang bertanya kenapa Ia tidak ingin menjerit- jerit berterik- teriak mengamuk Memecahkan cermin membakar tempt tidur Ia hanya ingin menangis lirih saja sambil berjalan sendiri Dalam hujan rintik-rintik di lorong sepi pda suatu pagi Percakapan Malam Hujan Hujan, yang mengenakan mantel, sepatu panjang dan Payung, berdiri di samping tiang listrik. Katanya kepada lampu jalan, “ tutup matamu dan tidurlah. Biar kujagaa malam.” “kau hujan memang suja serba kelam serba gaib serba suara Desah; asalmu dari laut,langit, dan bumi; kembalilah, Jangan menggodaku tidur. Aku sahabat manusia. Ia suka terang.”  

november

sekarang november... berapa banyak cerita yang terlewat hmm bukan terlewat, tapi hanya tak tersampaikan tak apa rela saja penggalan kisah ini tidak ada yang hilang masih ada disini pada bait hati ini

Daun

mula-mula satu jadi dua bertambah tiga semua enam daun mengering menjadi kuning bertambah banyak semua terjatuh terbawa angin liar entah sampai mana troposfer atau exosfer? yang jelas dia menghilang mungkin datang lagi menjadi humus teman-temannya

Sendiri Menyepi - Edqoustic

 (Rasa hati agak sendu, tiba - tiba inget lagu ini) Sendiri Menyepi.. Tenggelam dalam renungan Ada apa aku seakan kujauh dari ketenangan perlahan kucari, mengapa diriku hampa… mungkin ada salah, mungkin ku tersesat, mungkin dan mungkin lagi… Oh Tuhan aku merasa sendiri menyepi ingin ku menangis, menyesali diri, mengapa terjadi sampai kapan ku begini resah tak bertepi kembalikan aku pada cahayaMu yang sempat menyala benderang di hidupku.. Perlahan kucari, mengapa diriku hampa mungkin ada salah mungkin ku tersesat, mungkin dan mungkin lagi Oh Tuhan aku merasa.. sendiri menyepi… Ingin ku menangis, menyesali diri, mengapa terjadi sampai kapan ku begini resah tak bertepi kembalikan aku pada cahayaMu yang sempat menyala Oh Tuhan aku merasaaaaaaaa…… seeeeendiri….aku merasa sendiri.. sampai kapan begini resah tiada bertepi…Ooohh.. Kuingin cahyaMu benderang di hidupku.. Edcoustic Sendiri Menyepi Sendiri Menyepi.. Tenggelam

Bodoh

             "Bodoh, dasar kau bedebah!". Jantung berdetak lebih kencang seiring emosi dihati. Malam mendung sedari pagi. Pertengkaran kecil yang tak sampai terdengar telinga. Sebenarnya ini sering terjadi dan hampir disadari setiap orang yang mengalaminya. Aku berkutat dalam lamunan sendu, semendung langit malam. Terdiam.              "Hei bodoh, kau merasa hebat hah? Membuang semuanya tanpa arti, bagai sampah. Kau pikir berapa banyak orang yang berharap mengabaikan kesempatan begitu saja..". Mulai lagi, serangan bertubi- tubi.             "...Apa? Sekarang kau menyesal hah? Percuma! Harusnya orang bodoh sepertimu ini juga tau kalau waktu tak bisa terulang..". Aku kaku. Memang hanya itu yang bisa aku lakukan. Geram dalam hati tapi sedih juga.            "Pasti kau juga sadar bahwa siapa tau itu memang jalanmu, diperlihatkan secara jelas supaya kau terus berjuang. Keempatan menang. Haah... manusia macam apa kau? Kalah sebelum berperang. Terang saja