Bodoh

             "Bodoh, dasar kau bedebah!". Jantung berdetak lebih kencang seiring emosi dihati. Malam mendung sedari pagi. Pertengkaran kecil yang tak sampai terdengar telinga. Sebenarnya ini sering terjadi dan hampir disadari setiap orang yang mengalaminya. Aku berkutat dalam lamunan sendu, semendung langit malam. Terdiam.
             "Hei bodoh, kau merasa hebat hah? Membuang semuanya tanpa arti, bagai sampah. Kau pikir berapa banyak orang yang berharap mengabaikan kesempatan begitu saja..". Mulai lagi, serangan bertubi- tubi.
            "...Apa? Sekarang kau menyesal hah? Percuma! Harusnya orang bodoh sepertimu ini juga tau kalau waktu tak bisa terulang..". Aku kaku. Memang hanya itu yang bisa aku lakukan. Geram dalam hati tapi sedih juga.
           "Pasti kau juga sadar bahwa siapa tau itu memang jalanmu, diperlihatkan secara jelas supaya kau terus berjuang. Keempatan menang. Haah... manusia macam apa kau? Kalah sebelum berperang. Terang saja alat tempur pun baru setengah jadi.". Benar- benar tak berhenti bicara. Ketus, memuakkan.
           "Tak ku sangka tambah lagi orang bodoh di dunia ini. Tidak pantas menjadi panglima perang. Paling hanya menjadi bawahan naif saja. Menyedihkan. Hidupmu tak akan berkembang jika stagnan begitu, terlalu stangnan sampai kesempatan yang sedikit menyimpang terabaikan.". Terlalu banyak, dia bicara kiasan.
           "Aku memang seperti itu, selalu butuh dukungan dan sedikit tekanan, dengan itu aku bisa bergerak lebih cepat, memutuskan lebih tanggap.". Hanya itu pembelaan yang aku punya. Diam lagi. Sudahlah.
           "Bicara dengan orang bodoh memang sulit. Terserahlah, Setidaknya setelah ini aku harap kau tidak pernah mengulanginya lagi. Apapun yang kau lakukan jangan sampai membuatmu menyesal." . Tetap ketus, tapi itulah kata- kata terakhirnya. pertengkaran ini selesai sampai disini. Tidak ada teriakan yang mematikan itu lagi. Hilang.
          Memang semua hilang tapi tak pernah bisa menghilangkan luka emosi, guncangan jiwa, kerusakan psikologi. Sebenarnya tidak akan beitu parah jika segera diatasi. Tetapi apalah guna ku seorang bedebah. Berpikir saja salah apalagi melakukan.
          Pertengkaran yang melelahkan ini membuatku tak bisa bergerak, hampir mati rasa. Hujatan yang menyakitkan tapi benar adanya. Kita adalah orang bodoh jika melakukan sesuatu yang akan membuat diri sendiri menyesal karena jika menyesal itu berarti kita belum bisa berpikir benar. Aku tutup semuanya hari ini, dihari yang mengawetkan hujanNya dengan sesal yang berujung pemahaman.  Semua mengalir apa adanya, berdasar keyakinan dan logika diwarnai keajaiban.
          Manusia biasa seperti ku wajar dimaki. Manusia egois dan abai sepertiku wajar dihujat. Perang kecil ini telah berakhir. Pertikaian yang tak terdengar telinga, bahkan telingaku sendiri. Tidak ada yang menyudahi kecuali aku dalam perang batinku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Buku Membuatku Bertahan

Air Mata Terjun Bebas

Jujur ini... sakit