Cerita Dugong dengan Lamun



Kalian apalagi para cewe, pasti suka denger dongeng putri duyung kan? Tau ga sih sebenernya itu nyata atau engga? Mungkin sebagian temen-temen ada yang belum tau nih kalo putri duyung itu beneran ada loh. Eits, tapi bukan putri duyung yang badannya manusia ekornya ikan ya. Duyung beneran ada, tersebar di daerah laut tropis dan subtropis samudra Indopasifik (Nishiwaki dan Marsh, 1985). Bobotnya mencapai 450 kg dengan panjang 3 meter, dan dapat hidup sampai 70 tahun. Wah kebayang ga tuh kayak apa? Jangan-jangan kalian ngebayangin kakek-kakek atau nenek-nenek bertubuh besar dengan ekor ikan?. Waduhh jangan dibayangin deh, karena dia ini sama sekali berbeda, namanya ikan duyung atau Dugong (Dugong dugon) salah satu mamalia laut.

Sekarang ini,
teman kita si Dugong sedang bersedih nih, kawan. #DugongmeLamun dan bersedih karena sering diburu untuk diambil taring dan dagingnya, selain itu banyak mitos di masyarakat akan khasiat dari air mata Dugong sebagai hal yang berbau kepercayaan adat. Padahal faktanya, air mata Dugong ini sebagai proses biologis untuk menjaga kelembaban mata ketika Dugong muncul ke permukaan air. Di samping perburuan yang marak, proses reproduksi Dugong juga membutuhkan waktu cukup lama sekitar 5 tahun, kawan. Hal- hal di atas yang menyebabkan Dugong termasuk hewan yang dilindungi dan disebutkan dalam UU No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya dan PP No. 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, serta UU No. 31 tahun 2004 juncto UU No. 45 tahun 2009 tentang Perikanan. Sedangkan dalam internasional, duong telah terdaftar dalam Global Red List of IUCN sebagai Vulnerable to Extinction (rentan kepunahan).




Tuh kan, sudah banyak  peraturan dan undang-undang di Indonesia bahkan di dunia mengenai konservasi si Dugong ini ya Kawan. Nah, kalau kita bicara satwa, biasanya kita juga akan berhubungan dengan habitat dan makanan si satwa ini kan?. Benar sekali, kalau kita bicara tentang Dugong, kita tidak bisa melewatkan lamun. Yap, lamun, kawan, ada yang tau lamun itu apa? Sedikit asing dan kurang populer memang di telinga kita. Dugong merupakan mamalia pemakan tumbuhan atau disebut juga herbivor, makanan utamanya adalah lamun (seagrass). Dari sekitar 20 jenis lamun yang dikenal di perairan Asia, sekitar 13 jenis yang terdapat di Indonesia. Tetapi yang menjadi makanan favorit Dugong lebih terbatas hanya Z. capricorni dan Halophila (Preen, 1995) dan Cymodocea spp. dan Halodule spp. (Heinsohn dan Birch 1972). Lamun (Seagrass) itu sendiri merupakan tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang terdiri atas 4 famili, 12 genus dan 60 spesies yang hidup dan berkembang baik pada lingkungan perairan laut. Sehingga lamun memang hidup terendam di air laut, kawan.





Mirisnya lagi, dari 1.507 km2 luas padang lamun di Indonesia hanya 5% yang tergolong sehat. Keberadaan lamun ini kian terancam karena kegiatan manusia yang kurang memperhatikan dan kurang mengetahui peran lamun bagi lingkungan (membuang sampah dan limbah ke laut sehingga mengurangi kualitas air laut, alih fungsi lahan lamun seperti reklamasi dan pembangunan pelabuhan, bahkan kegiatan wisata). Padahal, peran lamun dapat menjadi penahan gelombang, menyetabilkan sedimen sehingga perairan menjadi jernih; dapat menyerap dua kali jumlah karbondioksida (mencapai 83.000/km2) yang disimpan oleh hutan di darat; dan, sebagai tempat pengasuhan atau habitat biota laut terutama Dugong.

Dalam ekosistem, Dugong dan Lamun saling berinteraksi dan melakukan simbiosis mutualisme. Dugong mendapat makanan dari lamun dan padang lamun menjadi subur karena perilaku Dugong yang ketika memakan lamun seperti mengacak-acak dasar lamun sehingga lamun dapat menyerap zat hara lebih mudah. Makanya, Kawan, ketika Si Dugong terancam maka Lamun akan terancam pula. Karena dengan keseimbangan ekosistem, maka alam kita akan terjaga, dan manusia akan terhindar pula dari dampak negatif kerusakan alam.




Oleh karena itu, di sini kita sebagai manusia perlu mengetahui dan menyadari peran makhluk hidup dalam ekosistem dan saling bekerja sama untuk menjaga kelestariannya. Yuk kita lakukan perlindungan Dugong dan Lamun, caranya ada banyak kok :
  1. Tidak membuang sampah sembarangan,
  2. Pelajari peran Dugong dan Lamun dalam lingkungan
  3.  Mengikuti atau mengadakan kegiatan penanaman lamun
  4. Suarakan isi hati bisa lewat kampanye kreatif, tulisan, poster mengenai informasi tentang Dugong dan lamun dan disebarkan untuk orang-orang sekitar
  5. Kita juga bisa mendukung kegiatan dari program DSCP (Dugong and Seagrass Conservation Project) Indonesia:
-  Bagikan  dan  laporkan  kepada DSCP mengenai  cerita,  foto,  dan  video  tentang  Dugong  dan  Lamun.
-       Pantau  informasi  dan  ikut  berpartisipasi  dalam  setiap  kegiatan  di  fanpage  (www.facebook.com/dscpindonesia) atau sosial media DSCP Indonesia yang lain.
-       Sebarkan  informasi  tentang  Dugong  dan  lamun  dari  DSCP  Indonesia  sebanyak-banyaknya  ke  jejaring  media  sosialmu.

#DugongmeLamun #saveDugongdanLamun #dukungprogramDSCP

Daftar pustaka :

http://m.mediaindonesia.com/read/detail/128282-demi-dugong-dan-padang-lamun

http://www.beritasatu.com/kesra/461959-pentingnya-lamun-dan-dugong-bagi-ekosistem-hayati-laut.html

Juraij, et.al. Keanekaragaman Jenis Lamun Sebagai Sumber Pakan Dugong Dugon pada Desa Busung Bintan Utara Kepulauan Riau. Omni-Akuatika Vol. XIII No.19. 2014 : 71 – 76




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Buku Membuatku Bertahan

Air Mata Terjun Bebas

Jujur ini... sakit