soulmate 2
Hari itu Sabtu, 15 Agustus. Masih pagi, pagi yang
sibuk. Aku sudah berada dalam gedung acara di sekolah. Karena bingung mau apa,
jadi aku ngobrol aja sama anak-anak yang aku pikir mereka juga sama halnya
denganku. Tiba-tiba ada suatu pertanyaan muncul alam benakku. Kali ini aku
sedang duduk dipinggir panggung besama sahabatku yang rumit. Sepertinya saat
itu aku benar-benar bingung ingin melakukan apa.
“soul kenapa orang itu bisa stress yaa?”.
pertanyaan itu terlontar yang memang aku tujukan pada seorang disebelahku.
“hmm kenapa yaa? Kenapa nanyain begituan dah?”.
Yaa aku tau itu yang akan dia jawab.
“mungkin.. penerimaan hehe”. Akhirnya dia
menambahkan
“ iya yaa?”. Aku ikut berfikir tentang jawabannya
“yaa mungkin aja hehe. Mungkin dia sulit menerima
segala sesuatunya jadi dia stress, kenapa harus ini- kenapa harus itu. Di
terlalu memikirkan apa yang mungkin tidak sesuai bukannya menerimanya. Cukup
manusiawi kalo seseorang menangis, marah, kecewa, bahkan putus asa setidaknya
itulah proses penerimaan kan? Dia atau kita pun akan mengerti dengan
sendirinya.”
“hehee bener”. Aku mengangguk sabil mencermati
kata-katanya. Iya dia benar. Setelah itu aku berada dalam lamunanku. Aku harus menerima dan membentu seseorang
dalam proses penerimaan yang sedang dihadapi.
“ihh aneh tiba-tiba nanya begituan hahaa, aku tau
kamu sebenernya udah tau jawabanya kan?”. Tiba-tiba siku anak itu menyentuh lengan
atasku membuatku tersadar bahwa aku masih duduk di pinggir panggung bersamanya.
“ yeee suka-suka orang laah hahaa. Eh bantuin itu
yuk”.
Aku memutuskn untuk melakukan sesuatu, yang aku
pikir bisa meringankan pekerjaan teman-temanku, di pagi yang sibuk ini.
Komentar
Posting Komentar