Sepeninggalmu... (pt.1)

Hai.. Selamat Siang
Aku udah kepikiran untuk menuliskan ini sekitar tanggal 3 Oktober 2018 lalu, tapi baru kesempatan untuk menulisnya. Dan dipending gara-gara gak kuat, dilanjutkan lagi di 30 Agustus 2019. (lama juga) dan berlanjut lagi di 2 Februari 2020, berkali-kali aku gak kuat nulisnya. 
Kali ini aku akan menulis sejujur-jujurnya, tidak ada perumpamaan, tidak ada nama samaran, tidak ada paksaan, tidak ada yang dilebihkan atau dikurangkan. 

Tidak ada judul 

Aku ingin menulis, bagaimana kejadian saat adikku pergi salamanya. Bukan mengingat-ingat, bukan tak rela, bukannya cengeng, bukannya ingin mencari simpati, bukan mencari teman, bukan ingin dibaca. hanya saja, aku pikir, ini menjadi tulisan yang paling jujur diantara tulisan yang lain. yaa. ini yang pertama. 

Teman-teman yang sudah pernah kehilangan, mungkin kita sama-sama merasakan, kehilangan yang sesungguhnya. totally, benar-benar hilang. 

Oke, aku mulai saja. 
Namanya Zati Hanani Sekar Arini. 
mulanya adalah saat aku KKN di Temanggung, waktu itu sore, sekitar mau magrib. Aku keluar desa untuk cari tempat print-an, karena aku sekertaris desa yang harus cetak laporan dan print yang dibawa rusak. Singkat cerita, waktu sudah magrib, aku ditelpon. yaa ditelpon biasa, anak perantauan. Ibu ku bilang adikku habis berobat dan dikasih obat yang harus diminum selama 6 bulan, katanya ada flek di paru-paru. dia berobat gara-gara ada benjolan di leher bawah telinga sebelah kiri. dia anak yang jarang ngeluh, klo dia udah bilang sakit, berarti itu sakit banget. awalnya gamau berobat, tapi mungkin dia udh pengen sembuh, jadi memutuskan untuk ke dokter. percakapan yang terjadi, ya seperti biasa saja. minta doa. aku agak kaget sih, kenapa harus minum obat yang sampe 6 bulan itu? 

Selesai KKN, kebetulan tempat kuliah adekku dipindah ke UNDIP atas/ tembalang. awalnya dia kuliah di peleburan, D3 kearsipan. ohiya dia beda 1 tahun denganku. Akirnya satu kamar denganku, barangnya udah dipindahin sebelum liburan dan sebelum aku KKN. Aku pulang ke kosan duluan karena habis KKN langsung kuliah. kalau adekku bolos dulu 1 minggu. gatau, dia emang suka bolos dan lebih sering pulang. Pas dia nyampe di Semarang, kebetulan aku lagi diluar, makan dengan teman-teman jadi tidak bisa jemput atau tidak langsung bertemu di kosan. Aku sama adekku yaa biasa aja, interaksi kayak biasa. cuma sayangnya saat itu aku lagi sibuk-sibuknya. Ada persiapan acara bikin video Pengurus Harian BEM FPIK dan mantau acara Mangrove Cultivation KeSEMaT.

Kalau pagi, adekku yang suka rajin beli sarapan. mungkin klo gaada dia aku gapernah sarapan pagi. Aku selalu nitip dia sarapan, biasanya warteg yang udah buka dari pagi. Pagi itu, dia beli warteg makanannya yang aku ingat perkedel dan sayur sop. Aku pesan sayur kangkung dan tempe orek kalau gasalah. Biasa saja seperti hari-hari biasa. Dia berangkat kuliah, aku juga.

Siangnya aku pulang lebih awal, kondisinya sedang main laptop entah nonton youtube atau mulai susun draft skripsi. Kemudian sekitar habis azan Dzuhur adekku sampai ke kosan dia mengeluh agak pusing dan badannya panas. Aku suruh dia istirahat saja. Aku orang yang  gak bisa mengucapkan kata-kata manis dan bersikap lembut. Aku malu. Ohya dia setelah pulang kuliah, ia sempat melaundry pakaian kotornya (yang sebenarnya aku tidak tahu dimana laundrynya dan sampai saat ini laundry-an itu tidak pernah diambil, aku baru ingat karena ada pasmina yang dipinjam adekku tapi sekarang tidak ada)

Ia istirahat tertidur, aku melanjutkan aktivitasku pada laptop. Beberapa hari kemudian seperti biasa aku ada kegiatan BEM untuk membuat video perpisahan kabinet. Adekku, aku lupa yang jelas dia masih lemas. Bolak balik menelfon orangtua kami karena kondisinya belum juga baik. Di tengah kegiatanku, aku ditelpon ibuku untuk membeli bubur. Saat itu aku agak ogah-ogahan karena acaraku belum selesai. Tidak lama berselang, setelah selesai kegiatan take video aku mencari bubur yang diminta tapi karena hari minggu bubur yang biasa berjualan tidak membuka lapaknya. Aku kembali ke kosan dengan tangan hampa.

Kondisinya, setelah sampai di kosan adekku belum makan. Aku tidak mau dia lemah hati, gentar dengan sakitnya dan manja, aku nasihati supaya bisa makan nasi atau bikin bubur gandum instan yang dibawakan ibuku dengan dicampur sari kurma. Aku memang terlihat tidak perhatian, keras atau galak namun itu supaya adekku tidak takut dan khawatir akan kondisinya. Dan aku menyesalinya sekarang. Biasanya aku bilang agar tetap mandi walaupun 1 hari sekali atau dua kali sehari, sikat gigi, makan sendiri.

Malam hari demamnya tidak mau turun, malah timbul bintik-bintik seperti campak di badannya. Karena belum bisa membawa motor, aku tidak bisa mengantar adekku ke klinik. Ia diantar temannya. Dan sekarang aku sangat menyesal kenapa belum bisa mengenadari motor kala itu. Sebenarnya dia itu patuh dan rajin kalau disuruh minum obat, pokoknya gak macam-macam. Beberapa hari minum obat lumayan demamnya bisa turun tetapi tetap belum kuliah. Kadang temannya suka main ke kosan untuk menjenguk.

Dia anak baik, temannya juga baik-baik. Penyesalanku yang selanjutnya adalah aku harus meninggalkannya sendiri di kosan karena harus menghadiri acara UPK di Teluk Awur. Seharunya aku tidak perlu menginap, tapi karena angkatanku tidak ada yang bisa menginap akhirnya akulah yang harus menginap. Bodoh dasar. Aku tetap menyakinkan diri bahwa adekku akan baik-baik saja, jangan manja.

Setelah pulang dari Teluk Awur, aku lupa persisnya, dia pulang kerumah karena kondisinya belum begitu membaik dan harus minta obat lagi. Hari-hariku dihabiskan seperti biasa.

Lanjut ke berikutnya.......

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Buku Membuatku Bertahan

Air Mata Terjun Bebas

Jujur ini... sakit